What is Javamed?


Javamed? Sebuah kata yang cukup asing ditelinga bukan? Okey, jangan cari di kamus manapun ya kawan, karena kemungkinan besar kalian tidak akan menemukan makna kata ini. Javamed adalah akronim yang kami ciptakan sendiri. Berasal dari dua gabungan kata, Java (jawa)  dan med (Medan). Ya, Javamed adalah nama kelompok persahabatan saya dan teman-teman sesama perantau disini. Dari kepanjangannya tentu sudah bisa ditebak dong jika anggota Javamed berasal dari suku Jawa dan Medan. Padahal yang dari Medan cuma satu orang, Hihi 😊. Eh jangan salah, orang medan satu ini cukup pandai bahasa Jawa lho. Karena setiap hari mendengarkan kami berkomunikasi dengan bahasa Jawa. Sayang dia tak pernah mengajarkan kami bahasa Batak. Huft gak adil banget kan 😕

Sebenarnya dulu anggota Javamed ada 8 orang. Mbak Yanti, mbak Erna, Nur, Wati, dan Dewi dari Jawa Tengah. Aku dan mbak Ana dari Jawa timur. Dan hanya ada satu orang dari Medan yaitu Kak Sari. Tapi sekarang hanya tinggal 6 orang, karena mbak Erna dan mbak Yanti sudah pulang kampung. Entahlah ujung tahun ini tinggal berapa orang lagi ya? Hiks 😭

Kami tidak tahu mulai kapan persahabatan ini terbentuk. Pun tidak ada yang menyadari sejak kapan kami mulai akrab. Mungkin sebab dulu kami menghabiskan break time di kilang sama-sama. (Tapi sekarang sudah tak sama lagi, sebab jadwal break time sudah berubah. Huhu). Yang kami tahu persahabatan ini terbentuk secara alami. Tahu-tahu sudah merasa dekat saja.

Bagi para perantau, keberadaan kawan-kawan disini itu sudah macam saudara sendiri. Keluarga kandung jauh kan? Jadi anggap saja orang-orang di dekat kita ini sebagai keluarga sendiri. Mungkin berawal dari kesadaran itulah Javamed ini terbentuk.

Apakah kami tidak pernah ada konflik? Selalu rukun? No, tidak ada hubungan apapun yang berjalan tanpa konflik. Termasuk juga hubungan persahabatan. Dari mulai konflik mulut yang berawal dari gurauan hingga saling membully. Kalau soal ini Wati yang sering jadi korban bullying Sebab dia anggota Javamed paling muda. (Paling muda ya, catet ! Bukan paling kecil, kalau yang paling mungil tetaplah aku 😜. Stop dilarang protes !) Sebagai bungsu di Javamed Wati seakan pasrah saja jika dia selalu dibully kakak-kakak senior ini. Eh senior? Haaa..

Hingga konflik hati pun pernah kami alami. Kalau sudah begini biasanya ada beberapa orang yang berubah sikap. Saling mendiamkan. Apakah konflik ini berlangsung lama? Alhamdulillah tidak. Tak ada gading yang tak retak. Pun tak ada persahabatan yang sempurna. Ketka hati kami terasa mulai 'menjauh', aku jadi teringat nasehat bang Tere Liye, maka aku share kemana-mana nasehat ini. Dan, Alhamdulillah bagai air dingin yang menghujani tanah-tanah kemarau, begitulah kondisi hati kami kemudian, sejuk.

                                   ***

Sedih sekali ketika teman baik pelan-pelan menghindar, kemudian menjauh, menjadi orang asing. Ayo, persahabatan kita jauh lebih penting dibanding egoisme sesaat, pun kesalahpahaman, maupun batu kerikil kecil lainnya.
*Tere Liye

Kebanyakan sahabat baik, terjadi dengan alami begitu saja. Tidak pernah tahu persis kenapa jadi dekat. Cocok satu sama lain dengan sendirinya, kompak, dan bersama-sama dengan sendirinya. Meskipun tentu saja ada yang menjadi sahabat baik setelah bertengkar hebat.
Tapi apapun itu, selalu menyenangkan memiliki sahabat baik. Yang saling memotivasi, mengingatkan hal baik, menemani dalam situasi apapun. Jadilah salah-satu dari mereka.
*Tere Liye

                              ***

Suka duka kehidupan di perantauan telah kami lewati bersama. Sukanya itu kalau tengah off day (libur kerja), kami selalu punya rencana petualangan yang seru. Dari mulai travelling ke luar kota seperti ke Kuala Lumpur, ke ICT Shah Alam, ke Pantai Port Dikson, dll. Atau cukup berkeliling Melaka saja jika kondisi budget lagi seret 😣

Kalau dukanya ini sudah pernah saya ceritakan pada tulisan sebelumnya. Ya, berpisah. Jika mendengar kabar ada kawan yang akan end contract, maka hati kami terasa lain. Ada suatu perasaan yang mendesir di sanubari. Aku menyebutnya perasaan takut kehilangan. Kehilangan? Ah berlebihan sekali. Bukankah nanti masih bisa jumpa lagi di Indonesia? Hei, kawan lihatlah fakta. Jombang-Jogja cukup jauh kan? Jika naik kendaraan darat memerlukan waktu tempuh sekitar 8 jam perjalanan. Apalagi Jombang-Medan, entah berapa kali berpikir jika harus memutuskan untuk kesana. Dari fakta itulah akhirnya kami sadar, kemungkinan untuk berjumpa lagi setelah sama-sama sudah di Indonesia itu sangat kecil. Apalagi jika kelak kami sudah berkeluarga, hemh semakin kecil saja kemungkinannya.

Kami sadar kebersamaan ini tidak akan abadi secara fisik. Suatu masa kelak, takdir akan memisahkan kita jua. Ketika telah tiba waktu kita untuk kembali ke kampung halaman masing-masing. Jika kelak fisik kita sudah tak lagi dapat bersama-sama, semoga hati kita masih. Dan terutama doa-doa kita. Ya, tetaplah mengingatku dalam doa-doamu kawan. Jika di dunia tidak berkesempatan jumpa, semoga di Surga-NYA kelak kita dikumpulkan. Aamiin...

Good friends are like stars. You don't always see them, but you know they are always there.



Pict : Unforgettable moment at Klebang Beach.





#OneDayOnePost
#HariKe-18

Komentar

  1. Persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu kupu, hehehe

    BalasHapus
  2. Persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu kupu, hehehe

    BalasHapus
  3. Hehe 😊, iya mbak Lisa.
    Btw thanks dah berkunjung.

    BalasHapus
  4. Kak Dewi orang tebing ya ternyata.
    Banyak kawan aku disini yg dari tebing kak 😊.
    Kakak pandai bahasa batak kah?

    BalasHapus
  5. Sampai lupa baca tulisannya siapa. Larut dalam gaya berceritanya yang ngalir banget.

    Lah, malah sampai berkaca-kaca gini. :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uni Fika gaya komentarnya juga ngalir banget.
      sampai terharu saya :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Mind map dan Outline (Ide 1)

Masih Rajin Menulis Diary? Kenapa Tidak!

Cincin Untuk Dilla (Bag 6)