Wajahmu Dalam Bingkai Doaku

 
 
Subuh itu...
Hawa dingin pekat menusuk tulang.
Bergetar.
Menggigil.
Sakit?
Tidak!!!
Hatinya jauh lebih sakit.
Dipeluknya erat gadis kesayangan.
Hingga sesak menyeruak di dada.
 
Roda empat berplat S membawa sang gadis pergi.
Tangannya yang melambai.
Matanya yang membasah.
Bibirnya yang sibuk merapal doa.
Terekam jelas dari balik jendela Avanza.
 
Dua jam perjalanan.
Berteman butiran bening di ujung mata.
Sayu yang tak henti mengikuti.
Bayang-bayang mereka yang ditinggalkan terus mengintai.
Menyisakan pedih yang tak terbaca indera.
 
Dua jam berlalu.
Roda empat itu menurunkan sang gadis.
Memaksanya melangkah menuju garbarata.
Selanjutnya...
Burung besi menerbangkan tubuh mungilnya.
Mengudara...
Pada ketinggian 32 ribu kaki.
Satu persatu wajah mereka melintasi.
Nihil.
Yang ada hanya putih.
kanan kiri, awan menari.
 
Dua jam terlewati (lagi)
Sang gadis mendarat di negeri antah berantah.
Terpisahkan ribuan kilometer.
Suara lembut ibu yang menjauh.
Nasehat tegas bapak yang kian samar.
Tawa ring adik-adik yang makin memudar.
Terus berputar dalam memoar.
 
Senja merona...
Entah untuk kali ke berapa.
Sang gadis menutup jendela.
Terlihat wajah raja siang.
malu-malu menyembunyikan sinarnya.
 
Maghrib mempesona...
Di antara langit jingga nan indah.
Di antara adzan dan iqamah.
Sang gadis mengusap pelupuk mata basah.
"Terbayang wajahmu Ibu, dalam bingkai doaku"
 
 
 
#OneDayOnePost. 
#HariKe-21 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Mind map dan Outline (Ide 1)

Masih Rajin Menulis Diary? Kenapa Tidak!

Cincin Untuk Dilla (Bag 6)