Postingan

Merawat Luka

Gambar
Image from www.pixabay.com Edit by Dea Winda Lebih dari dua belas purnama telah berlalu. Luka ini hampir  kering. Namun sesekali masih terasa pedihnya. Bukan aku tak berusaha mengobati. Aku hanya takut. Ketika aku telah singgah ke apotik atau berbagai klinik di kota ini, ternyata aku sadar. Bahwa obat luka ini hanya kamu. Sosok yang demikian fana untuk saat ini. Setahun lebih. Kalender di ruang tengah ini pun telah berganti. Kalender yang di dalamnya banyak coretan tanganmu. Lingkaran-lingkaran kecil, rencana-rencana kita. Lingkaran dengan spidol cerah, dengan senyum merekah. Entah perlu berapa purnama lagi untuk menyembuhkan luka. Entah siapa yang salah. Kamukah? Aku? Atau? Bukan! Bukan kamu yang pergi. Tapi aku yang memintamu untuk jangan kembali. Aku hanya kecewa pada sosokmu yang terlalu pengecut. Terlalu takut mengakui segala rasa yang ada. Terlalu ragu-ragu untuk mengambil keputusan-keputusan. Ah biar saja. Kali ini aku ingin merawat luka. Melebur segala sesal.

Perlukah?

Gambar
"Perlukah?" Ada begitu banyak rasa yang menyeruak memenuhi kepala perempuan pendiam itu. Begitu banyak pula yang ingin diungkapkannya. Tentang suasana hatinya. Tentang diskusi terakhirnya dengan laki-laki di seberang pulau. Juga tentang debat-debat kecil yang tak kunjung usai. Setelah berpikir cukup lama, perempuan itu kembali mengamati layar berukuran 5 inchi dalam genggamannya. Dengan cepat, jari-jarinya menari menyusun huruf-huruf sebagai pesan singkat. Berkali ia mengetik, berkali pula ia menghapus. Mengetiknya kembali, kemudian membacanya berulang-ulang. Berpikir sejenak. Menimbang banyak hal. "Perlukah?", bisik hatinya. Nyaris saja jempol mungilnya menekan tombol send pada sebuah chat aplikasi berwarna hijau di smartphone nya. Namun,  yang terkirim pada kontak laki-laki itu hanyalah dua huruf. "OK" Image from : pixabay.com *Flashfiction *Melaka, January 2018. *Dea Winda

Gadis Pemeluk Bintang

Dimatanya hanya ada sinar. Berkedip, berpijar, tak pernah meredup. Didadanya hanya ada bara. Semangat, berkobar, takkan pudar. Dinadinya hanya ada asa. Mengalir, melaju, tak ingin berhenti. Dijiwanya hanya ada cita. Menjulang, melangit, tak hendak mengerdil. Wahai gadis pemeluk bintang... Teruslah menjelma sang petualang. Sebab masa yang cemerlang. Telah menanti di ujung jalan nan gemilang. Melaka, 10 Ramadhan 1437H.

Sang Penulis Nama

Aku ingin menulis namamu. Pada benang fajar yang memutus malam. Ketika remang mentari melenyapkan gelap. Ketika Adzan Subuh membangunkan semesta. Aku ingin menulis namamu. Pada mentari Dhuha yang menghapus embun. Pada ranting patah selepas hujan. Saat pelangi berbaris di cakrawala. Aku ingin menulis namamu. Pada langit jingga di batas senja. Pada debur ombak di bibir pantai Pun pada gunung yang menjulang langit. Namun... Tanganku tak kuasa menulis. Penaku tak dapat mengeja namamu. Sosok yang tak terdefinisi oleh inderaku. Maka... Biarkan DIA yang menulis namamu. Di jalan panjang yang begitu rahasia. Jalan takdir hidup kita. Biarkan DIA yang menulis namamu. Di lauhul mahfudz-NYA. Melaka, 10 Ramadhan 1437H.

Kaya Raya Bermodal Hobi? Mengapa Tidak?

Apa sih hobi itu? Pernahkah kalian merasa sangat antusias mengerjakan sesuatu? Merasa bahagia tak terkira saat melakukan sebuah kegiatan? Merasa waktu berjalan begitu cepat? Tak pernah merasa terbebani oleh kegiatan tersebut? Pernah? Nah kegiatan itu tentu salah satu hobimu bukan? Kalau kata si Wikipedia nih hobi atau kegemaran adalah kegiatan rekreasi yang dilakkukan pada waktu luang, untuk menenangkan pikiran seseorang. Jadi hobi merupakan sesuatu yang kita senangi dan sering kali kita kerjakan. Hobi membuat kita jadi ‘egois’, benarkah? Sudah tahu pengertian hobi kan? Ya, suatu kegiatan yang sangat kita minati dan sering kali kita lakukan itulah yang kita sebut dengan hobi. Merasa bahagia saat menjalani hobi? Merasa waktu kita bermanfaat? Tak terbuang sia-sia? Eit tunggu dulu! Hobi seseorang bersikap subyektif loh. Mengapa bisa disebut subyektif? Karena bagi seorang pencinta musik, para gamer (orang-orang yang hobi nge-game) itu adalah orang-orang yang menyia-nyiakan waktu

Rindu Kami

Gemuruh rindu. Menderu di kalbu. Menyisakan sebuah harap untuk bertemu. Semoga usia masih menjangkau. Bersuka cita. Menyambutmu segera. Berharap antusias ini tak hanya di awal. Senantiasa istiqomah sampai gerbang penutup. Hingga mampu mendekap malam yang didamba. Lailatul Qadr... Tak ingin mengulang sesal. Tak hendak menyia-nyiakanmu (lagi) Seperti tahun-tahun yang telah tertinggal. Rindu kami padamu... Semoga bukan hanya euforia sementara. Semoga bukan pura-pura yang disengaja. Marhaban Yaa Ramadhan... Marhaban Yaa Syahrul ibadah Marhaban Yaa Syahrul Quran. Marhaban Yaa Syahrul Maghfiroh. Segenggam kerinduan dipenghujung Sya'ban. Deasy Windayanti

Tugas Mind Map dan Outline (Ide 2)

Gambar
Salam KMO teman-teman... Dear readers , Masih semangat menyusun mimpi? Ups salah, menyusun naskah maksudnya 😄  Okey ini pengembangan ide yang ke 2. Untuk Outline dan Mind Map ide ke 1 bisa dilihat di sini . Ide : Menulis. Tema : Menulis Untuk Keabadian. Judul : Ingin Memperpanjang Usia? Menulislah! Bab 1. Latar Belakang. 1.1 Mengapa kita harus menulis?  a. Menyampaikan informasi.  b. Menyebarkan paham (kebaikan).  c. Mengungkapkan gagasan/ide.  d. Mengabadikan diri (nama) Bab 2. Keuntungan Menulis. 2.1 Kepuasan Batin. 2.2 Mendapatkan Pahala Jariyah (Ilmu yang bermanfaat) 2.3 Memperluas Silaturrahim (Lebih mengenal dan dikenal publik) 2.4 Mendapatkan Penghasilan. 2.4.1 Mendapatkan Penghasilan dari : a. Menulis blog. b. Menulis untuk media berbayar. c. Freelancer writer. d. Ghost writer. e. Penulis skenario. f. Mengikuti lomba menulis g. Menulis buku. Bab 3. Langkah-langkah. - Rajin membaca. - Menemukan ide. - Mulai menulis. - Menentukan deadline (Mana