Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Merawat Luka

Gambar
Image from www.pixabay.com Edit by Dea Winda Lebih dari dua belas purnama telah berlalu. Luka ini hampir  kering. Namun sesekali masih terasa pedihnya. Bukan aku tak berusaha mengobati. Aku hanya takut. Ketika aku telah singgah ke apotik atau berbagai klinik di kota ini, ternyata aku sadar. Bahwa obat luka ini hanya kamu. Sosok yang demikian fana untuk saat ini. Setahun lebih. Kalender di ruang tengah ini pun telah berganti. Kalender yang di dalamnya banyak coretan tanganmu. Lingkaran-lingkaran kecil, rencana-rencana kita. Lingkaran dengan spidol cerah, dengan senyum merekah. Entah perlu berapa purnama lagi untuk menyembuhkan luka. Entah siapa yang salah. Kamukah? Aku? Atau? Bukan! Bukan kamu yang pergi. Tapi aku yang memintamu untuk jangan kembali. Aku hanya kecewa pada sosokmu yang terlalu pengecut. Terlalu takut mengakui segala rasa yang ada. Terlalu ragu-ragu untuk mengambil keputusan-keputusan. Ah biar saja. Kali ini aku ingin merawat luka. Melebur segala sesal.

Perlukah?

Gambar
"Perlukah?" Ada begitu banyak rasa yang menyeruak memenuhi kepala perempuan pendiam itu. Begitu banyak pula yang ingin diungkapkannya. Tentang suasana hatinya. Tentang diskusi terakhirnya dengan laki-laki di seberang pulau. Juga tentang debat-debat kecil yang tak kunjung usai. Setelah berpikir cukup lama, perempuan itu kembali mengamati layar berukuran 5 inchi dalam genggamannya. Dengan cepat, jari-jarinya menari menyusun huruf-huruf sebagai pesan singkat. Berkali ia mengetik, berkali pula ia menghapus. Mengetiknya kembali, kemudian membacanya berulang-ulang. Berpikir sejenak. Menimbang banyak hal. "Perlukah?", bisik hatinya. Nyaris saja jempol mungilnya menekan tombol send pada sebuah chat aplikasi berwarna hijau di smartphone nya. Namun,  yang terkirim pada kontak laki-laki itu hanyalah dua huruf. "OK" Image from : pixabay.com *Flashfiction *Melaka, January 2018. *Dea Winda