Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Gadis Pemeluk Bintang

Dimatanya hanya ada sinar. Berkedip, berpijar, tak pernah meredup. Didadanya hanya ada bara. Semangat, berkobar, takkan pudar. Dinadinya hanya ada asa. Mengalir, melaju, tak ingin berhenti. Dijiwanya hanya ada cita. Menjulang, melangit, tak hendak mengerdil. Wahai gadis pemeluk bintang... Teruslah menjelma sang petualang. Sebab masa yang cemerlang. Telah menanti di ujung jalan nan gemilang. Melaka, 10 Ramadhan 1437H.

Sang Penulis Nama

Aku ingin menulis namamu. Pada benang fajar yang memutus malam. Ketika remang mentari melenyapkan gelap. Ketika Adzan Subuh membangunkan semesta. Aku ingin menulis namamu. Pada mentari Dhuha yang menghapus embun. Pada ranting patah selepas hujan. Saat pelangi berbaris di cakrawala. Aku ingin menulis namamu. Pada langit jingga di batas senja. Pada debur ombak di bibir pantai Pun pada gunung yang menjulang langit. Namun... Tanganku tak kuasa menulis. Penaku tak dapat mengeja namamu. Sosok yang tak terdefinisi oleh inderaku. Maka... Biarkan DIA yang menulis namamu. Di jalan panjang yang begitu rahasia. Jalan takdir hidup kita. Biarkan DIA yang menulis namamu. Di lauhul mahfudz-NYA. Melaka, 10 Ramadhan 1437H.

Kaya Raya Bermodal Hobi? Mengapa Tidak?

Apa sih hobi itu? Pernahkah kalian merasa sangat antusias mengerjakan sesuatu? Merasa bahagia tak terkira saat melakukan sebuah kegiatan? Merasa waktu berjalan begitu cepat? Tak pernah merasa terbebani oleh kegiatan tersebut? Pernah? Nah kegiatan itu tentu salah satu hobimu bukan? Kalau kata si Wikipedia nih hobi atau kegemaran adalah kegiatan rekreasi yang dilakkukan pada waktu luang, untuk menenangkan pikiran seseorang. Jadi hobi merupakan sesuatu yang kita senangi dan sering kali kita kerjakan. Hobi membuat kita jadi ‘egois’, benarkah? Sudah tahu pengertian hobi kan? Ya, suatu kegiatan yang sangat kita minati dan sering kali kita lakukan itulah yang kita sebut dengan hobi. Merasa bahagia saat menjalani hobi? Merasa waktu kita bermanfaat? Tak terbuang sia-sia? Eit tunggu dulu! Hobi seseorang bersikap subyektif loh. Mengapa bisa disebut subyektif? Karena bagi seorang pencinta musik, para gamer (orang-orang yang hobi nge-game) itu adalah orang-orang yang menyia-nyiakan waktu

Rindu Kami

Gemuruh rindu. Menderu di kalbu. Menyisakan sebuah harap untuk bertemu. Semoga usia masih menjangkau. Bersuka cita. Menyambutmu segera. Berharap antusias ini tak hanya di awal. Senantiasa istiqomah sampai gerbang penutup. Hingga mampu mendekap malam yang didamba. Lailatul Qadr... Tak ingin mengulang sesal. Tak hendak menyia-nyiakanmu (lagi) Seperti tahun-tahun yang telah tertinggal. Rindu kami padamu... Semoga bukan hanya euforia sementara. Semoga bukan pura-pura yang disengaja. Marhaban Yaa Ramadhan... Marhaban Yaa Syahrul ibadah Marhaban Yaa Syahrul Quran. Marhaban Yaa Syahrul Maghfiroh. Segenggam kerinduan dipenghujung Sya'ban. Deasy Windayanti

Tugas Mind Map dan Outline (Ide 2)

Gambar
Salam KMO teman-teman... Dear readers , Masih semangat menyusun mimpi? Ups salah, menyusun naskah maksudnya 😄  Okey ini pengembangan ide yang ke 2. Untuk Outline dan Mind Map ide ke 1 bisa dilihat di sini . Ide : Menulis. Tema : Menulis Untuk Keabadian. Judul : Ingin Memperpanjang Usia? Menulislah! Bab 1. Latar Belakang. 1.1 Mengapa kita harus menulis?  a. Menyampaikan informasi.  b. Menyebarkan paham (kebaikan).  c. Mengungkapkan gagasan/ide.  d. Mengabadikan diri (nama) Bab 2. Keuntungan Menulis. 2.1 Kepuasan Batin. 2.2 Mendapatkan Pahala Jariyah (Ilmu yang bermanfaat) 2.3 Memperluas Silaturrahim (Lebih mengenal dan dikenal publik) 2.4 Mendapatkan Penghasilan. 2.4.1 Mendapatkan Penghasilan dari : a. Menulis blog. b. Menulis untuk media berbayar. c. Freelancer writer. d. Ghost writer. e. Penulis skenario. f. Mengikuti lomba menulis g. Menulis buku. Bab 3. Langkah-langkah. - Rajin membaca. - Menemukan ide. - Mulai menulis. - Menentukan deadline (Mana

Tugas Mind map dan Outline (Ide 1)

Gambar
Hello guys... Tak terasa ya KMO Batch 6 sudah berjalan 3 kali pertemuan. Pada pertemuan ini pemateri kami adalah Bunda Rina Maruti Widiasari. Topik pembahasannya adalah tentang outline dan mind map. Outline dan mind map merupakan alat yang sangat penting untuk menyusun sebuah naskah. Sebagai panduan agar kita tidak keluar dari tema awal. Dan juga sebagai penolong kita kalau tiba-tiba terjadi writers block ditengah-tengah penyusunan naskah kelak. Nah seperti biasa, di akhir pertemuan Bunda Rinda memberi kami tugas untuk membuat mind map dan outline untuk 2 ide yang telah kami buat pada pertemuan sebelumnya. Okey check this out guys. Outline Ide : Memanfaatkan hobi. Tema : Mendapatkan penghasilan dari hobi. Judul : Kaya Raya Bermodal Hobi? Mengapa tidak? Bab 1. Jenis-jenis hobi.  a. Memasak  b. Menjahit  c. Berkebun  d. Membaca  e. Bermake-up  f. Olahraga  g. Menyanyi/Bermusik. Bab 2. A. Hobi Memasak. - Menyediakan jasa catering. - Membuka warung makan/cafe/restoran

10 Ide yang Terlintas di Pikiran

Hai pembaca setia Jendela Hati Deasy ? Apa kabar sahabat semua? Masih semangat kan? 😊 KMO Batch 6 sudah 2 kali pertemuan nih. Pertemuan terakhir hari Jumat 27 mei 2016 kemarin membahas tentang ide. Bang Tendi Murti menyampaikan tentang cara menggali ide, mengawinkan ide, cara mengembangkan ide, dll. Dan seperti biasa, di akhir pertemuan Bang Tendi memberi kami tugas untuk mencari 10 ide yang terlintas di pikiran kita saat ini. Okey here it is. 10 ide yang terlintas di pikiranku : 1.Cinta. 2.Kuliner. 3.Waktu. 4.Mimpi. 5.Transportasi. 6.Perpisahan. 7.Sahabat. 8.Ramadhan 9.Kampung Halaman. 10.Ulang tahun. Mau diapakan sepuluh ide itu? Apakah akan dikembangkan? Well kita tunggu saja tugas berikutnya. Salam literasi, 😊 Deasy Windayanti.

Menulis, Menyambung Nyawa.

Gambar
Image from Kitty Play Apakah kita tahu pada usia ke berapa kita akan meninggalkan dunia ini? Apakah saat sudah tua nanti? Atau ketika muda kini? Atau bahkan beberapa hari lagi? Duh saya menulis pertanyaan pembuka ini dengan hati gerimis. Betapa tidak? saya adalah jenis orang yang melankolis. Menuliskan hal-hal yang berbau kematian selalu meninggalkan rasa 'lain' di sudut hati. Ada getir-getir resah, takut, atau bahkan tidak siap. Tapi kematian adalah sesuatu yang PASTI terjadi. Siap atau tidak, Izrail akan datang jua. Hanya menunggu waktu. Sebagaimana kematian, usia kita juga ternasuk sesuatu yang misteri. Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama jatah hidupnya di dunia ini. Maka mempersiapkan diri adalah cara terbaik menghadapi sang maut. Setelah kita meninggal, semua hal-hal duniawi juga akan kita tinggalkan. Hanya tiga hal yang tetap ada bersama kita. Apa tiga hal tersebut? Amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang selalu mendoakan kedua orang

Cincin Untuk Dilla (Bag 7)

Gambar
Cincin Untuk Dilla (Bag 6) dapat dibaca  di sini Akhirnya di sinilah kediaman Lastri selanjutnnya. Ruangan yang cukup sempit, meski tentu saja kontrakannya lebih sempit dari ini. Baru saja melangkah masuk, Lastri sudah disambut bau obat-obatan yang menusuk hidung. Beraneka ragam jenis manusia ada di ruangan ini. Ada nenek-nenek renta, gadis belia, hingga bocah berusia sekitar 12 tahun yang sebaya dengan anak sulungnya. Semuanya bercampur sesuai jenis kelamin masing-masing. Hanya dipisah dengan tirai kain pembatas berwarna biru muda. Tak perlu kalian bayangkan bagaimana pengapnya ruangan ini. Jika boleh memilih, semua penghuninya tentu saja tidak ada yang murni menjadikan ruangan ini sebagai pilihan utama. Tapi apa hendak dikata? Hanya ini opsi yang tersisa ketika kehidupan tidak menyediakan pilihan lain. Ya, ruang rawat inap kelas III ini adalah pilihan terakhir yang ada untuk orang-orang seperti Lastri. Orang-orang yang terdefinisi sebagai rakyat kelas ekonomi menengah ke ba

Cincin Untuk Dilla (Bag 6)

Gambar
Cincin Untuk Dilla (Bag 5) dapat dibaca  di sini Sampai di puskesmas Dilla langsung dibawa masuk ke ruang Dokter. Beberapa orang perawat menghalau Herman yang tengah menggendong Dilla. "Maaf Pak, silahkan daftar dulu di sana" kata seorang perempuan muda berbaju putih-putih. Herman tak menghiraukan. Laki-laki itu sungguh tak habis pikir bagaimana sistem di Puskesmas ini sungguh 'gila'. Bukankah anak sulungnya ini sudah nampak begitu pucat? Lalu mengapa tidak ditangani dulu, malah bisa-bisanya disuruh mendaftar dan segala urusan administrasi lainnya? Benar-benar birokrasi yang tak masuk akal. Sepasang suami istri dua anak itu khusyu' memperhatikan Dokter yang tengah sibuk memeriksa Dilla. Hati mereka berdetak laju. Terlebih lagi Lastri, naluri keibuannya semakin menguat dalam saat-saat seperti ini. Refleks Herman menggenggam erat jemari istrinya. Matanya kosong menatap Haikal yang tengah tertidur di pangkuan belahan jiwanya itu. Herman sadar betapa tang

Cincin Untuk Dilla (Bag 5)

Gambar
Cincin Untuk Dilla (Bag 4) dapat dibaca di sini Lastri membuka pintu rumahnya dengan gerakan cepat. Napasnya masih terengah-engah. Namun langkahnnya tak ingin terhenti, ia sudah tak sabar hendak mengetahui kondisi kedua buah hatinya. Begitu sampai di kamar sempitnya, mata perempuan itu nampak basah. Lastri sudah tidak mampu menahan rasa haru yang mendesak nurani, saat menyaksikan pemandangan di depan matanya. Laki-laki itu... Laki-laki yang akhir-akhir ini begitu kasar kepadanya. Entah kenapa laki-laki itu tiba-tiba tampil begitu mempesona siang ini. Bukan kawan, ini bukan soal tamplan fisik. Tapi ini tentang sikap lembut pemimpin rumah tangganya itu dalam melayani anak-anaknya. Herman masih tak menyadari kehadiran sang istri di depan pintu kamar. Laki-laki itu sibuk mengompres Dilla. Tangan kirinya menempelkan sapu tangan di kening si sulung. Sedang tangan kanannya memegang botol susu yang masih menempel di mulut bungsu manisnya. Lastri benar-benar merasa seperti sedang bermimpi.

Cincin Untuk Dilla (Bag 4)

Gambar
            Cincin Untuk Dilla (Bag 3) dapat dibaca di sini Lastri dan Dilla salah besar jika menganggap Herman sudah insyaf. Laki-laki itu memutuskan pulang karena uang hasil mencopetnya sudah lenyap di meja judi. Benar-benar tidak ada gunanya suaminya di rumah ini. Hanya membuat luka di hati Lastri semakin dalam. Begitu pedih hingga kadang menyisakan tetes-tetes embun di sudut matanya. “Pak, Dilla nanti mau daftar ke SMP Negeri 1. Bapak mau ngantar Dilla kan?” Dilla menggelayut manja di pangkuan laki-laki yang sangat di hormatinya itu. Sayang, lelaki di depannya tampak begitu angkuh. Hanya tersenyum, menjawab pertanyaan Dilla dengan anggukan kosong. Tanpa suara. Hari-hari pasca pembagian rapor adalah hari yang paling menyenangkan bagi Dilla. Dua minggu lebih ia libur sekolah. Ini kesempatan yang baik untuk membantu sang ibu. Dilla sudah cukup mahir untuk urusan pekerjaan rumah. Mencuci baju, mencuci piring, membuat susu untuk adik Haikal, bahkan membantu ibu menyiapkan nasi bung

Cincin Untuk Dilla (Bag 3)

Gambar
Cincin Untuk Dilla (Bag 2) dapat dibaca  di sini Dilla termenung memandangi langit-langit kamar. Ibu dan adik Haikal sudah terlelap sejak dua jam yang lalu. Dipandangnya lekat-lekat wajah perempuan yang telah melahirkannya itu. Ada gurat lelah yang terpahat di sana. Sungguh Dilla paham betul bagaimana kondisi hati ibunya. Meski malaikat hidupnya itu tak pernah sedikit pun bercerita, Dilla telah mengerti banyak hal. Jam dinding di kamar sempit itu menunjukkan pukul 1 pagi. Suasana benar-benar senyap. Hanya menyisakan bunyi detak jarum jam yang seolah-olah seirama dengan detak jantungnya sendiri. Mata Dilla susah terpejam. Meski telah berulang kali membaca doa tidur, walaupun sudah puluhan kali menutup mata secara terpaksa, rasa kantuk itu belum datang juga. Ini sudah hari ke tiga bapak tidak pulang pasca tragedi penamparan itu. Bukan, bukan sebab menghilangnya bapak Dilla susah tidur. Melainkan sebab hari yang ditunggu-tunggunya akan tiba esok. Pembagian rapor. Momen ini s

Cincin Untuk Dilla (Bag 2)

Cincin Untuk Dilla (Bag 1) dapat dibaca  di sini Sebetulnya tuduhan Lastri dan gosip-gosip tetangga itu tak sepenuhnya benar. Herman, lelaki yang telah resmi menjadi suami Lastri sejak 13 tahun silam itu memang pernah menjalani pekerjaan haram tersebut. Tapi ini sungguh karena terpaksa. Dan itu adalah kali pertama laki-laki itu mencoba mencopet. Suasana terminal siang ini cukup padat. Penumpang bus dan angkot dari berbagai jurusan hilir mudik mencari kendaraan tujuan masing-masing. Hiruk pikuk pedagang asongan yang berteriak-teriak menjajakan dagangan menambah riuh suasana. Belum lagi suara sumbang para pengamen dan pengemis, serta beberapa wajah-wajah anak jalanan turut menambah kepadatan salah satu tempat umum ini. Pekerjaan tetap Herman adalah kernet. Pembantu sopir bus. Pada dasarnya Herman termasuk kernet yang rajin. Ia kerap membantu Bang Aji--sang sopir--memeriksa keadaan bus, mencuci bus, memberi aba-aba saat bus akan parkir, membantu penumpang memasukkan barang ke bagas

Cincin Untuk Dilla (Bag 1)

Plak! Satu tamparan mendarat di pipi wanita berambut panjang itu. Bekas memar merah menyisakan jutaan rasa pedih bagi pemilik pipi halus itu. Ah tidak! Hatinya jauh lebih pedih. Suatu bentuk kepedihan tak kasat mata yang hanya mampu dirasakannya seorang diri. Eh kata siapa? Dilla pun ikut merasakannya. Bocah kelas enam SD itu sungguh tahu betapa pedih hati sang ibu. Sebab kondisi hati ibunya hampir selalu berbanding lurus dengan hatinya. Lelaki yang baru saja menampar perempuan itu telah pergi. Menyisakan bau minuman keras yang menusuk hidung. Menambah aroma kepengapan ruangan berukuran 3x4 meter ini. Kini, hanya tersisa Dilla dan ibunya yang sesenggukan menahan tangis. Eh tunggu, ada satu mahkluk lagi penghuni ruangan sempit ini. Haikal, bayi mungil di keluarga ini. Keluarga? Apa rumah tangga yang tengah porak poranda ini masih pantas disebut keluarga? "Kenapa Bapak jahat sama kita Buk? kenapa Bapak nggak sayang sama Ibuk? Nggak sayang sama Dilla? Juga adik Haikal. Kenapa tid

Gadis Penyulam Mimpi

Di ujung kalender usang itu. Matanya khusyu' menerawang. Deret angka yang menghimpun bulan. Barisan bulan yang berputar dua belas kali. Bertaruh dengan waktu. Detik, menit, jam, hari, bulan. Menjelma tahun-tahun perjuangannya. Sang gadis memilih jarum paling tangguh. Sebab ia sadar, benang kehidupan yang akan disulamnya tidak pernah mudah. Berliku, dan penuh duri. Meski ia telah memilih kain paling halus. Sehalus nuraninya. Tetap saja jarumnya sering patah. Melukai tangan, juga hatinya. Tekadnya bagai baja. Tak mudah berpasrah. Bergegas, ia mencari jarum yang lain. Meski pada akhirnya, kehidupan tak pernah menyediakan satu pun jarum pengganti. Tak juga ia menyerah. Diperbaikinya jarum yang patah. Dengan segala yang ada. Tertatih, ia kembali menyulam. Dengan senyum seindah pualam. Wahai gadis penyulam mimpi... Tidakkah engkau merasa letih? Di antara adzan Subuh kota Melaka. Ahad, 1 Mei 2016. Deasy Windayanti. #OneDayOnePost

Aktivitas Ajaib

Gambar
Tahukah kalian ada satu aktivitas ajaib? Dengan aktivitas ini kalian bebas mau menjadi apa saja. Mau menjadi guru? Bisa! Menjadi dosen, menjadi penyanyi, pelukis, model, menjadi pengusaha kaya, jutawan, milyader, bisaaaa banget. Terus kalau menjadi ibu peri bisa gak? Tentu Bisa!!! Wah hebat sekali aktivitas itu. Aktivitas apa sih? Penasaran? aktivitas ajaib itu adalah kegiatan menulis cerita. Gak percaya? Coba saja. Kalian mau jadi dokter? Tinggal tulis saja cerita tentang ibu dokter yang cantik dan baik hati. Posisikan diri kalian jadi ibu dokter itu. Mau cantik? Deskripsikan saja bagaimana kecantikannya, keanggunanannya. Kesantunannya dalam melayani pasien. Mau jadi ibu guru? Tinggal tulis saja cerita tentang ibu guru yang lembut dan penyabar. Penuh kasih mendidik murid-muridnya. Hingga perasaan bangga yang membuncah ketika menyaksikan satu persatu muridnya telah tumbuh 'membesar'. Berproses meraih impiannya. Ibu guru penyabar tadi tersenyum tulus dari jauh melihat murid-

Hanya Tentang Selera

Gambar
Sejak memutuskan merantau ke Malaysia aku merasa agak sedikit ketinggalan tentang film-film yang lagi booming di Indonesia. Maksudnya film produksi tanah air, bukan film import. Karena bioskop di Malaysia hanya memutar film lokal (film produksi Malaysia) dan film yang masuk dalam jajaran film Internasional. Dulu tahun 2013 saat 5 cm baru dirilis,  sedih sekali rasanya tidak berkesempatan nonton di bioskop. Beberapa teman memposting foto tiketnya ke media sosial, beberapa lagi bahkan mengulas review film itu secara lengkap. "Rugi kamu gak nonton Deasy, film ini bisa nambah rasa nasionalisme loh," ungkap seorang teman berapi-api. Apa yang bisa kulakukan? Tidak ada, selain sabar menunggu filmnya keluar di YouTube . Pasif banget kan? Hal yang sama juga terjadi pada film yang berasal dari novel yang sudah kubaca. Seperti Assalamualaikum Beijing (Asma Nadia), Surga Yang Tak Dirindukan (Asma Nadia), Pesantren Impian (Asma Nadia), 99 Cahaya di Langit Eropa (Hanum Salsabila Rai

Kau Adalah Puisiku

Kau adalah puisiku. Kutulis dengan tinta doa terindah. Kubaca dengan harapan membuncah. Kuhafal dengan kasih paling ramah. Kau adalah puisiku. Kususun dengan diksi sederhana. Namun penuh makna. Sebab begitulah sesungguhnya hidup kita. Bersahaja tapi penuh cita. Kau adalah puisiku. Bait demi baitmu mengukuhkan hadirku. Mengungkap tanda tanya besar dalam kalbu. Tentang sosok yang akan membimbingku. Kelak jika takdirNYA telah sampai waktu. Kau adalah puisiku. Yang tak henti kusebut dalam lima waktuku. Juga dalam sujud panjang di sepertiga malamku. Tak akan pernah bosan menyeru. Sebab Yang Maha Pengasih sungguh tahu. Kau adalah puisiku. Telah kusiapkan ruang khusus di hati. Untuk menunggu hadirmu dalam sanubari. Kelak jika telah sampai masa kau isi. Akan ku akhiri semua penantian ini. Kau adalah puisiku... Sepanjang waktu.... #OneDayOnePost

Masih Rajin Menulis Diary? Kenapa Tidak!

Gambar
Ilustrasi by google image Dear diary, Ku ingin cerita kepadamu. Tentangnya yang dulu singgah dihatiku. Semenjak itu hidupku jadi bahagia. Karena dia slalu ada di hidupku.. Ooo.. Penggalan lirik lagu dari grup band Ratu yang sempat nge hits sekitar tahun 2007 silam ini membuatku teringat masa-masa SMP. Aih bukan.. ini bukan nostalgia tentang si dia. Tapi ini mengingatkanku pada masa-masa dimana aku semangat nulis buku diary . Apa? Nulis buku diary dianggap kuno? Sudah gak zaman lagi? Sepertinya kalian perlu berpikir ulang sebelum mengatakan demikian. Pasalnya, menulis buku diary itu memiliki beberapa manfaat loh. Mau tahu apa saja keuntungan menulis buku diary secara rutin? Okey check this out ! 1. Sebagai media curhat yang aman . Sebagai makhluk sosial, tentu saja kita mempunyai perasaan ingin berbagi cerita tentang masalah kehidupan kita sehari-hari. Tentang bagaimana perasaan kita menghadapi hari ini. Tentang bagaimana kondisi hati kita saat ini. Ketika kecewa, se

Dibantai? Siapa Takut!

Gambar
Sumber gambar : metronews.viva.co.id Dibantai? Aduh seram banget ya judulnya? Jadi merasa sedang berada di tempat penjagalan hewan pula. Eh tenang kawan, ini tidak semenakutkan yang kalian pikirkan kok. Pembantaian yang saya maksud disini adalah pembantaian karya. 'Bantai' hanya sebuah istilah ekstrim yang diciptakan Bang Syaiha  untuk kegiatan sumbang kritik di grup menulis One Day One Post (ODOP). Jadi gini, agar grup whats app ODOP semakin ramai, Bang Syaiha mempunyai ide yang cukup baik. Setiap hari ada satu tulisan yang dikritik habis-habisan. Jadi selain berkomentar di blog sesama anggota ODOP, kita juga diwajibkan mengkritik tulisan seseorang yang dapat jatah setor link tulisan untuk dikritik pada hari tersebut. Eh paham kan dengan maksud saya? Paham aja deh 😜. Enam hari sudah acara sumbang kritik ini berlangsung. Jika mengikuti secara konsisten, ada banyak ilmu kepenulisan yang kita dapat. Belajar dari kesalahan orang lain, noted , diingat-ingat, terus diapl

Bertahan

Gambar
Ilustrasi by :www.dakwatuna.com Pernahkan kalian berada di persimpangan jalan? Bimbang memilih antara bertahan atau mengakhiri? Bukan kawan, ini bukan tentang sebuah hubungan. Tapi ini tentang impian. Okey dari pada makin berbelit-belit dan membuat kalian sakit kepala, baiklah akan saya ceritakan kisah ini. Sudah dua bulan aku mengikuti grup menulis One Day One Post (ODOP). Sebuah kelas menulis online yang mewajibkan anggotanya posting tulisan di blog setiap hari. Jika satu hari tidak posting tulisan, maka dianggap hutang, dan hari berikutnya harus posting dua tulisan. Jika hutang tulisan sudah mencapai angka lima, maka dipersilahkan untuk keluar dari grup secara sukarela. Awalnya aku merasa oke-oke saja. Bisa mengikuti pembicaraan di grup whats app ODOP, walaupun kadang-kadang hanya sebagai silent reader . Konsisten posting tulisan di blog setiap hari. Walaupun kadang-kadang hutang tulisan satu atau dua hari tak masalah. Masih sanggup kubayar pada hari berikutnya. Juga ber

Buku, Teman Bermainku, Sahabat Setiaku.

Gambar
Kata orang kalau kita dominan otak kanan, kita akan cenderung mudah menghafal. Dulu sih pernah ikut test abal-abal di sebuah aplikasi android. Dan dari beberapa test itu aku terdeteksi 65% dominan otak kanan. Tapi nyatanya aku tetaplah si pelupa 😄. Buktinya aku tidak ingat sama sekali kalau hari ini adalah hari buku. Beruntunglah kawan fb ku orang-orang hebat semua. (Ciyee.. hiperbolik banget) Kebanyakan para penulis dan calon penulis hebat. Mereka banyak share artikel tentang hari buku. Tiba-tiba jadi tertarik untuk menulis tentang buku. Berbicara tentang buku, rasanya seperti bercermin pada perjalanan hidupku. Terlahir dari keluarga yang sederhana membuat masa kecilku jauh dari kata teknologi. Waktu SD kawan-kawan sebayaku sebagian besar punya mainan yang cukup canggih pada zaman itu. Seperti nintendo, kotak musik, mobil tamiya, robot yang bisa berjalan sendiri, dll. Karena kondisi ekonomi orang tuaku yang pas-pasan, membeli mainan menjadi prioritas ke sekian yang harus terpenuhi.

Rasanya Baru Kemarin

Rasanya baru kemarin. Tangan lembut perempuan itu. Perlahan mengusap kepalaku. Tubuh gagah lelaki itu. Begitu erat mendekapku. Serentak mereka berseru. "Hati-hati di tanah rantau. Jangan pernah tinggalkan lima waktumu." Rasanya baru kemarin. Kita berkumpul di GOR Merdeka. Saling memeluk dan berkata "Sukses selalu kawan, jangan pernah saling melupa" Derai air mata. Mengiringi purnawiyata SMA. Rasanya baru kemarin. Belajar naik sepeda bersama ayah. Menyusun puzzle bersama bunda. Memanjat pohon jambu tetangga. Bermain lumpur saat hujan tiba. Rasanya baru kemarin. Mengaji ke TPQ bersama-sama. Terbata mengeja huruf hijaiyah. "Alif, Ba', Ta" bimbing ustadzah. Rasanya baru kemarin ... Kalimat ini tak akan pernah habis Mengungkap detik-detik kenangan. Sepotong episode hidup anak manusia. Hingga kita tersadar. Tubuh menjelma sosok dewasa. Usia yang tak lagi serupa. Terlena, terperdaya dunia fana. Demi masa. Sesungguhnya manu

Hari Kartini dan Budaya Literasi

Gambar
Sumber gambar : m.bolague.com Aku membuka jendela kamar perlahan. Masih gelap. Sang surya belum menampakkan sinarnya. Semburat fajar di arah timur menandakan subuh segera tiba. Kuraih hp yang sedang bergetar. Ada beberapa pesan Whats App . Segera kubaca dan kubalas seperlunya. Tiba-tiba aku jadi tergoda untuk membuka media sosial yang lain. Baru saja sampai di beranda fb, mataku sudah disuguhi beberapa foto baju kebaya dan status tentang hari Kartini. Hal yang sama juga ada di akun bbm ku. Lihat kalender sekejap. Eh benar sekarang hari Kartini ya? Duh kok jadi pelupa gini sih 😄. 21 April 1879 silam, salah satu pahlawan wanita Indonesia lahir ke dunia. Raden Ajeng Kartini namanya. Dulu waktu masih sekolah, dari TK hingga SMA, perayaan hari Kartini tidak pernah lepas dari batik dan kebaya. Pun demikian dengan beberapa instansi pemerintah lainnya, turut merayakan hari Kartini dengan pakaian adat Jawa tersebut. Kadang aku berpikir. "Sesungguhnya apa korelasi antara hari Ka

Di Sini

Gambar
Gambar ilustrasi : www.expedia.co.id Di sini. Gedung-gedung tinggi. Menjulang langit. Menyentuh bintang. Mimpi-mimpi kami, pun begitu jua. Mengangkasa. Menembus batas udara. Di tanah rantau ini, Kuala Lumpur. Rindu itu kian menggempur. Pertahananku nyaris hancur. Rasanya... ingin segera menghambur. Kembali, ke negeri Leluhur. Tidak ! Jiwaku memberontak. Masih banyak asa yang belum tercapai. Masih banyak mimpi yang belum teraih. Masih ada janji yang belum tertunai. Sabar, perjuangan ini belum usai. Kelak, akan tiba masa untuk menuai. Menebalkan tekad. Menguatkan semangat. Usaha dan doa. Kunci segala cita. Tawakkal pada yang Esa. Tempat berpulang seluruh resah. #OneDayOnePost