Gadis Penyulam Mimpi

Di ujung kalender usang itu.
Matanya khusyu' menerawang.
Deret angka yang menghimpun bulan.
Barisan bulan yang berputar dua belas kali.
Bertaruh dengan waktu.
Detik, menit, jam, hari, bulan.
Menjelma tahun-tahun perjuangannya.

Sang gadis memilih jarum paling tangguh.
Sebab ia sadar, benang kehidupan yang akan disulamnya tidak pernah mudah.
Berliku, dan penuh duri.
Meski ia telah memilih kain paling halus.
Sehalus nuraninya.

Tetap saja jarumnya sering patah.
Melukai tangan, juga hatinya.
Tekadnya bagai baja.
Tak mudah berpasrah.
Bergegas, ia mencari jarum yang lain.

Meski pada akhirnya,
kehidupan tak pernah menyediakan satu pun jarum pengganti.
Tak juga ia menyerah.
Diperbaikinya jarum yang patah.
Dengan segala yang ada.
Tertatih, ia kembali menyulam.
Dengan senyum seindah pualam.

Wahai gadis penyulam mimpi...
Tidakkah engkau merasa letih?

Di antara adzan Subuh kota Melaka.
Ahad, 1 Mei 2016.
Deasy Windayanti.

#OneDayOnePost


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Mind map dan Outline (Ide 1)

Masih Rajin Menulis Diary? Kenapa Tidak!

Cincin Untuk Dilla (Bag 6)