Cincin Untuk Dilla (Bag 3)




Cincin Untuk Dilla (Bag 2) dapat dibaca di sini

Dilla termenung memandangi langit-langit kamar. Ibu dan adik Haikal sudah terlelap sejak dua jam yang lalu. Dipandangnya lekat-lekat wajah perempuan yang telah melahirkannya itu. Ada gurat lelah yang terpahat di sana. Sungguh Dilla paham betul bagaimana kondisi hati ibunya. Meski malaikat hidupnya itu tak pernah sedikit pun bercerita, Dilla telah mengerti banyak hal.

Jam dinding di kamar sempit itu menunjukkan pukul 1 pagi. Suasana benar-benar senyap. Hanya menyisakan bunyi detak jarum jam yang seolah-olah seirama dengan detak jantungnya sendiri. Mata Dilla susah terpejam. Meski telah berulang kali membaca doa tidur, walaupun sudah puluhan kali menutup mata secara terpaksa, rasa kantuk itu belum datang juga.

Ini sudah hari ke tiga bapak tidak pulang pasca tragedi penamparan itu. Bukan, bukan sebab menghilangnya bapak Dilla susah tidur. Melainkan sebab hari yang ditunggu-tunggunya akan tiba esok.

Pembagian rapor. Momen ini selalu penting bagi Dilla. Ini sudah kali ke 12 ia mendapat rapor selama bersekolah di SD Negeri 1. Sekaligus ini adalah rapor terakhirnya di SD. Selama sebelas kali rapor yang telah diterimanya tidak pernah bergeser dari posisi peringkat satu atau dua. Dan saingannya tetaplah si Arum, anak tunggal Pak Lurah kaya raya itu. Artinya, nama Dilla dan Arum memang selalu berdekatan dalam prestasi akademik sejak kelas satu dulu. Kalau Dilla peringkat satu maka Arum yang ke dua. Pun demikian sebaliknya.

Dilla menarik nafas dalam-dalam. Memori otaknya berputar cepat pada mimpi-mimpinya yang hampir dilupakan. Mimpi? Ah tahu apa bocah itu tentang mimpi? Yang ia tahu, hidunya tidak pernah menawarkan jalan kemudahan. Segala yang diinginkannya harus didapatkan melalui perjuangan. Termasuk keinginan terkuatnya saat itu.

Dua tahun silam saat pembagian rapor kenaikan kelas tiga menuju kelas empat. Dilla berhasil mengalahkan Arum di posisi peringkat pertama. Tapi soal kebahagiaan? gadis kecil itu tak pernah layak disandingkan dengan Arum. Sehari setelah pembagian rapor, Arum selalu datang dengan cerita berbagai hadiah dari papa mamanya. Dari tante dan neneknya. Dilla hanya termenung mendengarkan cerita Arum. Sebab gadia mungil itu tahu, tak ada satu pun kisah dalam hidupnya yang bisa diceritakan pada Arum dan teman-temannya.

Hari itu Arum datang ke sekolah dengan benda indah nan berkilau di jari manisnya. "Hadiah dari papa karena udah berhasil juara 2. Kamu kan juara 1, pasti dapat hadiah lebih bagus kan dari papamu?"
Pertanyaan Arum itu sungguh bagai jarum-jarum kecil yang menusuk sanubarinya.

Sejak itu benda berbentuk bulat, nan indah tersebut selalu menjadi sesuatu yang amat didambanya setiap kali hari pembagian rapor tiba.

***

Acara pembagian rapor kelas 6 telah usai. Dilla dan ibunya yang kelelahan menggendong adik Haikal pulang dengan wajah sumringah. Senyum penuh kesyukuran tampak terpancar dari ibu dan anak itu. Betapa tidak? gadis miskin itu berhasil mempertahankan posisinya di peringkat pertama dalam satu kelas. Sekaligus menyandang gelar NUN (Nilai Ujian Nasional) tertinggi se-Kabupaten. Apakah setelah semua kebagaiaan ini membuatnya mudah mendapatkan sebuah benda yang sangat didambanya?

Senyum di wajah gadis kecil itu lenyap seketika saat mengingat keinginannya bagai sebuah kemustahilan. Cincin. Benda itu bagai tergantung tinggi di langit. Membuat Dilla hanya mampu memandangnya dari kejauhan. Tangan mungilnya tak mampu menggapai.

Baru saja membuka pintu rumah. Dilla dikagetkan oleh sosok laki-laki yang sangat dirindunya. Laki-laki yang telah menorehkan banyak luka di hati seluruh penghuni kontrakan ini. Seberapa bijak pun Dilla, ia tetaplah bocah kecil yang ingin dimanja oleh seseorang bergelar Bapak. Maka, begitu retina matanya menatap tubuh lelaki itu, Dilla langsung berlari memeluk Bapaknya sambil berteriak kencang "Baapaaakkk..."

*Bersambung...

Mungkinkah bapak akan berubah setelah tahu apa yang didapat Dilla hari ini? Mungkinkah impian Dilla untuk menghiasi jari manisnya dengan cincin akan terwujud setelah kembalinya bapak ke rumah ini?
Temukan jawabannya di bag 4

#OneDayOnePost
#Dea She

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Mind map dan Outline (Ide 1)

Masih Rajin Menulis Diary? Kenapa Tidak!

Cincin Untuk Dilla (Bag 6)