Cincin Untuk Dilla (Bag 5)






Cincin Untuk Dilla (Bag 4) dapat dibaca di sini

Lastri membuka pintu rumahnya dengan gerakan cepat. Napasnya masih terengah-engah. Namun langkahnnya tak ingin terhenti, ia sudah tak sabar hendak mengetahui kondisi kedua buah hatinya.

Begitu sampai di kamar sempitnya, mata perempuan itu nampak basah. Lastri sudah tidak mampu menahan rasa haru yang mendesak nurani, saat menyaksikan pemandangan di depan matanya. Laki-laki itu... Laki-laki yang akhir-akhir ini begitu kasar kepadanya. Entah kenapa laki-laki itu tiba-tiba tampil begitu mempesona siang ini. Bukan kawan, ini bukan soal tamplan fisik. Tapi ini tentang sikap lembut pemimpin rumah tangganya itu dalam melayani anak-anaknya.

Herman masih tak menyadari kehadiran sang istri di depan pintu kamar. Laki-laki itu sibuk mengompres Dilla. Tangan kirinya menempelkan sapu tangan di kening si sulung. Sedang tangan kanannya memegang botol susu yang masih menempel di mulut bungsu manisnya.

Lastri benar-benar merasa seperti sedang bermimpi. Apa suaminya sudah benar-benar sadar? Apa Herman telah berubah lebih baik sepenuhnya? Ah mengapa sifat laki-laki itu masih begitu misterius? Sungguh tak mampu ditebak! Lastri masih tak yakin.

Hampir lima menit Lastri mematung di depan pintu kamar. Ia bergegas menghampiri Dilla saat melihat tubuh anak sulungnya itu menggigil memanggil dirinya.

“Ibuuukkk.. Ibukkk... Cincin...” Dilla terus mengulang-ulang dua kata itu secara bergantian. Saat Lastri sudah mendekat, menempelkan punggung tangan di kening Dilla, saat itulah anak sulungnya itu muntah berkali-kali.

Wajah Dilla juga memerah. Anak itu juga mengeluhkan sakit tenggorokan serta rasa nyeri pada tulang dan sendinya. Puncaknya adalah ketika darah segar mengalir dari hidung Dilla. Ya, bocah kecil itu juga mimisan.. Seketika, aroma kepanikan menguap di seluruh ruangan ini. Mata Lastri dan Herman saling mengunci pandangan. Barangkali banyak kata yang tersimpan di kepala masing-masing. Tapi lidah mereka sama-sama kelu.

“Dik, Panggil tukang becak di ujung gang! Kita bawa Dilla ke puskesmas!” Ucap Herman tegas. Tanpa menunggu perintah dua kali, dengan kaki masih gemetar Lastri langsung berlari. Hatinya tak henti bermunajat, “Yaa Allah selamatkan anakku...” Apa yang terjadi pada Dilla sebenarnya?





*Bersambung...

Komentar

  1. Ketika melihat buah hatinya sakit, berubah menjadi baik dan lembut, mudah mudahan seterusnya

    BalasHapus
  2. Ketika melihat buah hatinya sakit, berubah menjadi baik dan lembut, mudah mudahan seterusnya

    BalasHapus
  3. Berharap yang terbaik dari cerita yang digoreskan. sebuah perubahan sosok suami dan kesabaran sang istri.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Mind map dan Outline (Ide 1)

Masih Rajin Menulis Diary? Kenapa Tidak!

Cincin Untuk Dilla (Bag 6)