Cinta Lelaki Pendiam.

Sorot mata yang meneduhkan menandakan bahwa ia lelaki penyayang. Tubuh kurus, dengan kulit hitam terbakar matahari menunjukkan betapa berliku jalan hidup yang telah ditempuh.

Tapi percayalah kawan, hatinya sungguh putih. Seputih doa - doa rahasianya. Doa rahasia? Doa macam apa itu? Ya rahasia, ia melangitkan doa-doanya dalam senyap. Tidak ingin orang lain tahu. Cukup Malaikat dan Yang Maha Mendengar saja yang tahu.
Begitu juga dengan harapan-harapan tulusnya. Cukup Yang Maha Menggenggam Harapan saja yang tahu.
Tidak pernah ia mengungkapkan harapan - harapan itu kepada anak dan istrinya. Mungkin ia takut anak dan istrinya merasa terbebani.

Tak pernah ia mengatakan bahwa ia berharap aku bisa jadi ini dan itu. Tapi aku sudah terlanjur mampu membaca hatinya. Sebagai anak sulung, aku cukup peka memahami harapan-harapannya. Dia Tak banyak bicara, tapi sekali bicara sudah cukup membuat kami segan (dulu aku takut, tapi setelah kupikir balik, mengapa harus takut? bukankah dia bapakku? Lalu semakin aku bertumbuh dewasa, kuganti rasa takut itu dengan rasa segan. Ya, rasa ini dekat dengan rasa hormat. Sudah seharusnya aku menghormatinya, bukan menakutinya.)

Hingga suatu saat aku bercerita tentang keputusanku merantau ke Malaysia. Awalnya ia melarang. Tapi setelah kujelaskan alasanku, tujuan, peluang dan manfaat jangka panjang dari keputusan ini, maka dengan berat hati ia akhirnya mengizinkan. Tetap dengan gayanya yang pendiam. Sampai aku berpikir bahwa dia tak terlalu peduli padaku.

***

Pagi itu, penghujung November 2012, Bapak memelukku erat. Walau tak ada air yang mengalir dari matanya, aku tahu di hatinya ada.

"Hati - hati nduk, jaga diri baik - baik. Jangan pernah tinggalkan sholat sesibuk apapun pekerjaanmu." Ungkapnya pelan sekali. Mungkin Ibu yang berdiri di sebelahku pun tak mendengar kalimat hebat itu. Rasanya, aku tak ingin melepaskan pelukan Bapak. Tapi waktu memaksaku untuk segera pergi. Ya, hari itu adalah hari keberangkatanku ke negeri Jiran ini.

Sejak saat itu, semua pemikiranku selama ini tentangnya berubah 180 derajat. Semua dugaanku tentang sikap pendiamnya salah besar. Bukan ia tak peduli padaku, tapi ia mengungkapkan kasih sayangnya dengan cara yang belum aku sadari. Ah benar, lelaki pendiam selalu punya cara tersendiri untuk membuktikan kepeduliannya.

Ada satu doanya yang terus ku ulang-ulang dalam barisan doa-doa setelah shalatku. "Semoga segera dapat jodoh yang tulus sayang sama kamu, seperti bapak menyayangimu, seperti bapak mencintaimu." Ungkapnya saat menelponku pada ulang tahunku Desember tahun lepas.

"Aamiin Yaa Rabb,  matur suwun Pak" Jawabku sambil mengusap butir - butir bening yang sudah membasahi pipi.




*Ditulis dengan segenap rindu kepada Bapak dan Ibu di kampung.
Ya Allah Jagalah Beliau selalu.
Allahummaghfirlii dzunuubi waliwalidayya warhamhuma kamaarabbayani shogiiroo...




Komentar

  1. Jadi ikut kangen ma ortu di rumah .....


    #jangan pernah lupakan mrk di setiap do'a... ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, pasti teman.
      Doa untuk mereka selalu berada pada urutan teratas dalam deretan panjang doa - doa ku.

      Terima kasih sudah berkunjung 😊.

      Salam kenal,#ODOP.

      Hapus
  2. Jadi ingat dengan Bapak dan Ibu yg dirumah, meski aku selalu bisa melihat mereka malah terkadang aku mengabaikan mereka. Ya Allah, tulisan mbk Deasy menyadarkanku. Mkasih mbk semoga bermanfaat.

    BalasHapus
  3. Jadi ingat dengan Bapak dan Ibu yg dirumah, meski aku selalu bisa melihat mereka malah terkadang aku mengabaikan mereka. Ya Allah, tulisan mbk Deasy menyadarkanku. Mkasih mbk semoga bermanfaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mbak Nur.
      Salam untuk Bapak dan Ibu di rumah ya 😊

      Hapus
    2. Sama-sama mbak Nur.
      Salam untuk Bapak dan Ibu di rumah ya 😊

      Hapus
  4. Terharu bacanya. Sampai menitikkan air mata. Mba Deasy.. jatuh cinta sama tulisanmu yang ini. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga terharu menulisnya 😭.
      Jatuh cinta juga sama komentarmu yang ini 😄

      Hapus
    2. Saya juga terharu menulisnya 😭.
      Jatuh cinta juga sama komentarmu yang ini 😄

      Hapus
  5. Semoga bapak sehat selalu di kampung, dan semoga mbak segera mendapatkan jodoh terbaik.. aamiin..
    Tulisannya sudah bagus kok, tinggal tingkatkan lagi latihan dan bacaannya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Yaa Rabb...
      Soal jodoh ini mah harus diamini paling kenceng dan semangat. Huaaa 😁😁😁.

      Terima kasih telah sudi berkunjung kesini. Salam untuk Mbak Ella dan Bang Alif 😊.

      Hapus
    2. Aamiin Yaa Rabb...
      Soal jodoh ini mah harus diamini paling kenceng dan semangat. Huaaa 😁😁😁.

      Terima kasih telah sudi berkunjung kesini. Salam untuk Mbak Ella dan Bang Alif 😊.

      Hapus
  6. Iyaya, hiks kadang yg paling memperhatikan justru yg paling diam. Mba Deasy kereen tulisannya. Lanjutkan perjuangan di negeri tetangga ya. Semoga menjadi jalan baik dan berkah. Salam buat bapak. Hehe.

    BalasHapus
  7. Iyaya, hiks kadang yg paling memperhatikan justru yg paling diam. Mba Deasy kereen tulisannya. Lanjutkan perjuangan di negeri tetangga ya. Semoga menjadi jalan baik dan berkah. Salam buat bapak. Hehe.

    BalasHapus
  8. Aamiin Yaa Rabb..
    Siap mbak, salam disampaikan 😊.

    Terima kasih sudi berkunjung ke rumah maya saya 😊.
    #SalamODOP 😍

    BalasHapus
  9. Ikut merasakan rindunya pada ibu dan bapak

    BalasHapus
  10. hari ini tema ceritanya seperti pada baper ya mbak hihi termasuk saya ckckkc

    BalasHapus
  11. ahh, emang benar yaa apa yg disampaikan pakai hati yaa sampainya ke hati.. keren, Mba, , jd keikut baper..hehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Timakasih mba.
      Komentarnya jg pake hati kan ??? 😄

      Hapus
  12. ahh, emang benar yaa apa yg disampaikan pakai hati yaa sampainya ke hati.. keren, Mba, , jd keikut baper..hehe :)

    BalasHapus
  13. Kalo boleh tahu, kampung halamannya di mana kak :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Mind map dan Outline (Ide 1)

Masih Rajin Menulis Diary? Kenapa Tidak!

Cincin Untuk Dilla (Bag 6)