Apa Kabar Jumatku ?

Setelah mengambil nasi lengkap dengan lauk-pauk, serta air mineral aku bergegas menuju kasir untuk membayar makananku. Suasana kantin siang ini cukup lengang. Hanya ada 3 orang yang antri di kasir. Aku berada di urutan ke dua. Didepanku seorang ibu-ibu paruh baya,  di belakangku seorang lelaki muda berperawakan tinggi.

Ibu didepan sudah membayar nasinya. Ia bergeser ke tepi memberiku giliran untuk membayar. Eh kenapa ibu ini tetap berdiri disampingku? apa yang ditunggu? Aku menerka dalam hati. "5 ringgit 30 sen" suara penjaga kasir membuyarkan terkaan hatiku.

Belum sempat aku membuka dompet, tangan ibu itu menepis tanganku lembut. Bibirnya menyunggingkan senyum manis. "Tak pe nak mak cik bayarkan sekali" tangannya mengulurkan uang 10 ringgit pada abang penjaga kasir. Siapa orang ini? Aku tak mengenalnya sama sekali. Bertemu pun tidak pernah. " jangan mak cik saya segan lah " ucapku sopan. " tak ape dik tak baik tolak rezeki, ini hari Jumat, hari yang baik. Adik tolong terime saje ye." Tegas sekali ia memaksaku, tak ingin berlama-lama disitu aku pun terima saja makan gratis ini. "Terima kasih makcik"

Aku melangkah perlahan menuju kursi panjang. Disana tiga orang temanku sudah menunggu dengan nasi yang sudah terhidang di depan meja masing-masing.
Dari jauh kuperhatikan makcik tadi. Penampilan yang sederhana, baju kurung polos dengan jilbab hitam motif bunga-bunga merah. Tidak ada perhiasan emas mencolok yang menempel di tubuhnya, hemh sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia orang berpunya. Oh, dari tadi  ternyata ia masih berdiri di depan meja kasir. Lelaki muda yang  di belakangku tadi juga bernasib sama sepertiku. Makcik itu membayar makanan lelaki muda itu. Hingga antrian depan meja kasir benar-benar kosong. Makcik itu baru pergi menuju tempat duduknya.

Sambil makan aku menceritakan kejadian tadi pada teman-temanku. Ternyata salah satu teman ada yang pernah mengalami kejadian yang sama denganku. "Makcik tu memang rajin bersedekah tiap hari Jumat lah Deasy. Siapa saja yang antri bayar makan di belakangnya pasti dibayarin sekalian. Makanya hafalin jam nya. Hari Jumat minggu depan kita kesini pas jam yg sama aja" "hahaha dasar lu muka gratisan" ucapku menanggapi gurauannya.

Sejak itu aku berusaha mencari tahu sosok makcik istimewa itu. Dari abang penjaga kasir, aku dapat informasi bahwa makcik itu kerja di bagian office departement PO blok 5. Kawan, Tahukah kalian ? ternyata dia adalah seorang Doktor yang bertitel PhD. Pendidikan tinggi, dengan kondisi financial yang memadai tetap membuatnya berpenampilan sederhana. Ya, pribadi yang mempesona tapi tetap bersahaja.

Kisah ini telah berlalu sekitar 5 bulan lepas.
Sekarang sudah tak pernah lagi bertemu makcik hebat tersebut. Aku sering berusaha mencarinya, tapi tak pernah berhasil. Bukan kawan, bukan karena sengaja ingin ditraktir lagi. Kali ini aku mencarinya karena ingin mengenal sosoknya lebih dekat. Dengar-dengar kabar ia adalah aktivis sedekah yang biasa mengorganisir kegiatan-kegiatan sosial di tempat kerjaku. Dan aku ingin menjadi bagian di dalamnya. Ya, walau hanya bagian terkecil.

Mengenang kisah ini sama dengan mengenal sosok mbak Yana Nurliana (jika berkenan kalian bisa search nama Yana Nurliana di fb karena saya belum tahu cara mencantumkan linknya disini. Maklumlah blogger amatiran. Hiks :'( ). Seorang founder rombong sedekah dari kota kelahiranku, Jombang Jawa Timur.

Apa itu rombong sedekah ? Sebuah rombong yang berisi makanan yang akan dibagi-bagikan kepada jamaah sholat Jumat di masjid yang telah dipilih. Jadi ia beserta tim rombong sedekah membagi-bagikan satu paket makanan dan minuman gratis setiap hari Jumat, di masjid-masjid yang berbeda tiap Jumatnya. Makanan itu adalah makanan yang dijual oleh pedagang kecil dan menengah.

Jadi ada dua kebaikan disini. Pertama memberi makanan gratis kepada jamaah sholat Jumat di masjid-masjid pelosok yang banyak dhuafanya. Kedua, memberdayakan pedagang kecil dan menengah. Tentu bahagia dong mereka kalau dagangannya diborong habis, laris manis ^_^ .

Dua orang inspiratif yang kuceritakan tadi adalah dua orang yang sangat memuliakan hari Jumatnya. Mereka sangat yakin pada kalimat hebat ini "Sesungguhnya sedekah pada hari Jumat itu memiliki kelebihan dari hari-hari lainnya. Seperti sedekah pada bulan Ramadhan jika dibandingkan dengan seluruh bulan lainnya. (Ibnul Qayyim)."

Lalu bagaimana dengan Jumat kita ? Okelah kalau kita belum mampu sehebat mereka, kita mulai dari hal-hal kecil dulu ya. Yang penting ada niat untuk menghidupkan Jumat kita. Belajar sedekah sedikit demi sedikit dulu, membaca Al Kahfi, mandi dan bergegas sholat Jumat di masjid bagi lelaki,  serta amalan-amalan hebat lainnya.

Jumat mereka diisi dengan membahagiakan orang lain. Jumat mereka selalu menginspirasi ribuan orang. Jumat mereka senantiasa menyibukkan Malaikat Roqib untuk mencatat kebaikan demi kebaikan yang mereka lakukan. Lalu bagaimana dengan Jumat kita ?

Well, setelah baca tulisan ini, saat ini juga, letak tangan di dada, bisikkan pada hati "Apa kabar Jumatku ?"


Jumat pagi di Melaka.
4 maret 2016.
Yang sedang mengingatkan diri sendiri.
Deasy Windayanti.


#OneDayOnePost
#HariKeLima
#KeepWriting

Komentar

  1. Iya jumat memang hari yang penuh berkah.. kereennn mbak Deasy, jadi semakin bertekad untuk konsisten menebar kebaikan deh..^_^

    BalasHapus
  2. Luar biasa Mbak Deasy. Kemarin saya juga lihat ratusan dos makanan yang dibagi kepada jamaah di masjid kotaku. Baru cerita sama keluarga, alhamdulillah sekarang dimantapkan dengan tulisan mbak Deasy.
    Semoga tulisan mbak Deasy menjadi amal jariyah.

    BalasHapus
  3. MasyaAllah, mba Dessy... Nadilla suka isinya. Sebagai bahan renungan untuk Nadilla, "Adakah sesuatu yang berarti, yang telah kulakukan untuk kebahagiaan akhiratku nanti? Oh, wahai diri... cobalah 'tuk kau sadari! Astaghfirullah..."

    BalasHapus
  4. Masya Allah.

    Menginspirasi sekali. :')

    Semoga Jumat kita berkah.

    BalasHapus
  5. Kalau ngalamin sendiri greget nya beda ya Mbak deasy...

    Sukses menebar kebaikan nya..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Mind map dan Outline (Ide 1)

Masih Rajin Menulis Diary? Kenapa Tidak!

Cincin Untuk Dilla (Bag 6)