Menulis, Menyambung Nyawa.


Image from Kitty Play


Apakah kita tahu pada usia ke berapa kita akan meninggalkan dunia ini? Apakah saat sudah tua nanti? Atau ketika muda kini? Atau bahkan beberapa hari lagi?

Duh saya menulis pertanyaan pembuka ini dengan hati gerimis. Betapa tidak? saya adalah jenis orang yang melankolis. Menuliskan hal-hal yang berbau kematian selalu meninggalkan rasa 'lain' di sudut hati. Ada getir-getir resah, takut, atau bahkan tidak siap. Tapi kematian adalah sesuatu yang PASTI terjadi. Siap atau tidak, Izrail akan datang jua. Hanya menunggu waktu.

Sebagaimana kematian, usia kita juga ternasuk sesuatu yang misteri. Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama jatah hidupnya di dunia ini. Maka mempersiapkan diri adalah cara terbaik menghadapi sang maut.

Setelah kita meninggal, semua hal-hal duniawi juga akan kita tinggalkan. Hanya tiga hal yang tetap ada bersama kita. Apa tiga hal tersebut? Amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.

Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan nama. Pernah dengar peribahasa ini kan? Apa maksud kalimat terakhir? Menurut saya pribadi kata 'nama' yang dimaksud dalam peribahasa ini bermakna 'karya'. Tepat, manusia mati meninggalkan karya.

Apa yang saya tinggalkan untuk dunia ini ketika saya sudah tiada nanti? Coba baca ulang kalimat tanya itu tiga kali! Apa yang kalian rasa? Tentu teman-teman mulai berfikir untuk meninggalkan sesuatu yang bermanfaat untuk dunia ini bukan? Nah inilah jawabannya jika kalian bertanya mengapa saya harus menulis? Simpel, sebab saya ingin mengabadikan diri. Karena suatu saat kita akan mati. Tapi tulisan-tulisan kita tidak! Karya kita akan tetap hidup di hati dan jiwa para pembaca.

Okey kembali ke pertanyaan pada paragraf pertama. Berapa lama jatah hidup kita di dunia ini? 50 tahun? 60 tahun? Atau 90 tahun? Bisakah kita hidup di dunia ini sampai 300 tahun? 500 tahun? Atau 1000 tahun? Jawabannya BISA!!! Dengan KARYA!

Masih ingat puisi 'Aku' karya Chairil Anwar? Apa yang tertulis pada kalimat pamungkas puisi legendaris ini? Aku mau hidup seribu tahun lagi. Itu kalimat penutup puisi penyair terkenal ini.

Lihatlah, Chairil Anwar memang telah meninggal tahun 1949 silam. Tapi karyanya tidak. Buah pikirnya tetap hidup hingga hari ini. Tidak inginkah kita memperpanjang usia? Menyambung nyawa? Mari menulis kawan, agar dunia tahu kita pernah 'hidup'.

Well, selamat berkarya!
Selamat mengabadikan nama!
Selamat memperpanjang usia!
Selamat menyambung nyawa!
Dan... yang terpenting...
Selamat meninggalkan jejak kebaikan!
Melalui tulisan. 😊

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Mind map dan Outline (Ide 1)

Masih Rajin Menulis Diary? Kenapa Tidak!

Cincin Untuk Dilla (Bag 6)