Dibantai? Siapa Takut!


Sumber gambar : metronews.viva.co.id


Dibantai? Aduh seram banget ya judulnya? Jadi merasa sedang berada di tempat penjagalan hewan pula. Eh tenang kawan, ini tidak semenakutkan yang kalian pikirkan kok. Pembantaian yang saya maksud disini adalah pembantaian karya. 'Bantai' hanya sebuah istilah ekstrim yang diciptakan Bang Syaiha untuk kegiatan sumbang kritik di grup menulis One Day One Post (ODOP).

Jadi gini, agar grup whats app ODOP semakin ramai, Bang Syaiha mempunyai ide yang cukup baik. Setiap hari ada satu tulisan yang dikritik habis-habisan. Jadi selain berkomentar di blog sesama anggota ODOP, kita juga diwajibkan mengkritik tulisan seseorang yang dapat jatah setor link tulisan untuk dikritik pada hari tersebut. Eh paham kan dengan maksud saya? Paham aja deh 😜. Enam hari sudah acara sumbang kritik ini berlangsung. Jika mengikuti secara konsisten, ada banyak ilmu kepenulisan yang kita dapat. Belajar dari kesalahan orang lain, noted, diingat-ingat, terus diaplikasikan dalam tulisan kita.

Mengkritik? Mencari-cari kesalahan orang lain dong? Apa tulisan sendiri sudah keren, berani-beraninya mengkritik tulisan orang lain? Awalnya banyak anggota ODOP yang berpikir demikian. Masih sungkan mengkritik karena merasa diri sendiri belum mampu mencipta tulisan yang berkualitas. Lalu kalau semua memilih pasif, sungkan memberi kritikan, apakah kegiatan ini akan berjalan dengan maksimal? Tentu tidak kan? Di tengah beberapa pertanyaan yang memenuhi kepala kami itu, Bang Syaiha tiba-tiba hadir dengan cerita analogi yang cemerlang.

Di sebuah restoran cepat saji, semua pengunjung bebas berkomentar tentang makanan dan minuman yang tersedia. 
"Eh, ini tehnya kurang manis."
"Sayurnya terlalu matang, sebaiknya dimasak setengah matang saja agar kandungan vitaminnya masih utuh."
"Kecapnya terlalu pekat, sebaiknya ditambah sedikit air."
"Ayamnya masih keras, kurang lama ini merebusnya."
Apakah semua orang yang berkomentar tadi bisa memasak dengan baik? Belum tentu. Bisa juga beberapa di antara mereka ada yang tidak bisa memasak sama sekali. Atau mungkin sedang dalam proses belajar memasak. Dan tentu saja si pemilik restoran bebas memilih antara menerima kritik dan saran dari pengunjung ataukah mengabaikannya. Tapi jika ingin meningkatkan kualitas masakan sebaiknya bisa dipikir ulang beberapa kritik dan saran dari pengunjung tadi. Demikian penjelasan dari Bang Syaiha.

Memberi kritik tidak selalu bermakna kita lebih baik dari orang yang dikritik. Tapi bisa juga sebagai bentuk kepedulian seorang pembaca kepada penulis. Dan tentu saja sebagai penulis yang baik kita tidak perlu cepat-cepat baper menanggapi kritikan orang lain. "Anggap saja kritikan itu seperti jamu. Pahit tapi menguatkan." Ungkap Bang Syaiha lagi.

Kemarin adalah giliran tulisanku yang dibantai. Ini link tulisan yang kusetor untuk dikritik ramai-ramai. Aku mendapat giliran pada hari kelima. Beberapa kritikan dari anggota ODOP untuk tulisanku telah kusimpulkan sebagai berikut :

  1. Pada kalimat langsung, sebelum tanda petik harus diberi tanda koma jika masih ada deskripsi lanjutan. (Kritik dari Bang Gilang)
  2. Ada kalimat ajakan yang diakhiri tanda titik. Seharusnya diakhiri tanda seru. (Kritik dari mbak Lisa)
  3. Pada kalimat "Ayah Putri capek." Sebaiknya diberi tanda koma setelah kata Ayah. Agar maknanya tidak ambigu. (Kritik dari mbak Denik)
  4. Ide cerita cukup menarik. Tapi penyampaian terlalu biasa. Belum menyentuh sisi emosional pembaca. Sebaiknya dibuat lebih terharu terutama dengan menambah deskripsi tentang kerinduan Putri pada sang Ayah. (Kritik dari Mbak Raida)
  5. Terlalu banyak kata 'ya' pada awal kalimat. Mungkin bisa diganti dengan kata benar, betul, tepat, atau dihilangkan saja. (Kritik dari Bang Syaiha)
  6. Penulisan dialog tokoh Putri dan Ayah sebaiknya dipisah jangan dijadikan satu paragraf. Agar lebih 'nyaman' dibaca. (Kritik dari Mbak Nadilla)

Mungkin ada juga beberapa kritik dari teman-teman yang belum saya sebutkan di atas. Mohon maaf ya, faktor daya ingat (Dasar si pelupa 😄) #TutupMuka.

Terima kasih para pembantai tulisanku. Kalian membuatku lebih kuat. Lebih semangat menulis. Dan juga semangat memperbaiki kualitas tulisan. Allah..., terima kasih telah mempertemukanku dengan mereka.


#OneDayOnePost

Komentar

  1. Bahasanya emang ngeri tp banyak manfaat yaa kak, semoga menjadi penulis lebih baik lagi.
    Agak deg-deg sih ngeri juga buat newbie kayak aku mbk 😂😂

    BalasHapus
  2. Ya ampun hari ne giliranku... OMG😂

    BalasHapus
  3. Semangaaaattt....terima kasih Allah telah mempertemukan kami. Wow...dalem dan luas maknanya.

    BalasHapus
  4. Ngeri istilahnya, tapi sukaaa kegiatan di dalamnya, bantai membantai yuk, besok saya euy

    BalasHapus
  5. Yang ini, apa boleh dibantai juga?
    Heheer

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Mind map dan Outline (Ide 1)

Masih Rajin Menulis Diary? Kenapa Tidak!

Cincin Untuk Dilla (Bag 6)