Antara Kebosanan dan Suara Nurani

Teman-teman pernah mengalami lemah semangat? Bosan dengan rutinitas sehari-hari? Merasa hidup ini sungguh monoton dengan kegiatan yang itu-itu saja?
Saya sering mengalami semua hal tersebut. Jadi, ketika Bang Syaiha memberi tugas untuk menulis tentang kegiatan sehari-hari, otomatis otakku langsung berpikir keras. Apa yang menarik dengan kegiatan sehari-hariku? Apa yang bisa bermanfaat  dan menginspirasi untuk dijadikan sebuah tulisan? Hemh, setan pesimis tiba-tiba menyerang. "Tidak ada yang menarik dengan kegiatan sehari-harimu Deasy. Bangun tidur, mandi, makan, berangkat kerja. Pulang kerja, mandi, makan, tidur lagi. (kecuali pas weekend dan off day selalu jalan-jalan sama Javamed.) Begitu terus setiap hari, lalu apa yang menarik untuk ditulis? Sudah nyerah saja, lambaikan tangan pada Bang Syaiha dan teman-teman ODOP".

Alhamdulillah, belum sempat aku termakan kalimat 'jahat' setan pesimis, tiba-tiba malaikat optimis datang berbisik "Deasy, Tuhan menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk (QS At-Tin: 04 ). Walaupun kamu bukan siapa-siapa, selalu ada yang spesial pada dirimu, juga kegiatan sehari-harimu. Jangan menyerah, taklukkan tantangan Bang Syaiha. Ayo tenangkan hati, berpikir sejenak. Bukankah semua kondisi selalu bisa jadi ide untuk ditulis?" Karena hatiku lebih mendengar malaikat optimis, maka lahirlah tulisan sederhana ini.

Ya, ditengah kebosananku menghadapi rutinitas sehari-hari. Sebuah peristiwa kurang menyenangkan tiba-tiba datang di kehidupanku. Aduh bahasanya berlebihan sekali. Maksudnya hanya peristiwa kecil tapi sangat mengganggu kegiatan sehari-hariku. Oke deh dari pada kalian penasaran langsung saja aku bercerita. Beberapa hari yang lalu, saluran air di hostel (asrama) kami mengalami kerusakan alias macet air. Terbayang kan bagaimana susahnya kita? Kegiatan sehari-hari yang tadinya lancar jadi terganggu seketika. Harus menunda cuci baju, cuci piring,  dan ngepel rumah. Masak? Ah mood masak sudah hilang seketika. Tapi kalian tenang saja, ketika itu aku tetap mandi kok, walaupun mandi dengan air mineral. ( waktu air macet hari itu, saya beli 4 botol air mineral besar untuk mandi ). Jadi jangan buru-buru tutup hidung dulu ya. 😅 Tetap duduk manis dan lanjutkan membaca. 😊

Teman-teman di kanan, kiri, depan, belakang, semuanya mengeluh. Beberapa ketua rumah sudah membuat laporan kepada ibu asrama tentang kerusakan saluran air ini. Ibu asrama juga sudah menindak lanjuti laporan dan berjanji masalah ini akan segera beres. "Segera? Kapan pastinya mi?" (mi = mami. Kami biasa memanggil ibu asrama dengan sebutan mami) "Pukul berapa air ngalir lagi nih?" Celetuk seorang teman yang terkenal paling doyan protes. "Ntah lah nak, mami sendiri belum bisa memberi kepastian. Sabar saja, mungkin nanti malam atau besok pagi paling lambat." Jawab mami dengan nada pasrah.

Situasi makin ribut saat mulut-mulut itu hanya pandai mengeluh tanpa memikirkan solusi. Hei, bukankah ini kejadian tak terduga? Mami pun tak tahu bukan? So, kenapa sibuk protes sama mami? Aku sendiri lebih banyak diam. Bukan, bukan karena aku lebih bijak dari mereka. Sebenarnya aku juga mengeluh, tapi tertahan dalam hati. "Hiks, gini amat hidup gue. Sudah tiap hari bosan sama kegiatan yang itu-itu saja. Eh hari ini malah mau mandi aja susah. Harus turun dulu beli air mineral. Terus naik atas lagi bawa 4 botol besar air mineral." (saya tinggal di asrama lantai 6. Jadi agak malas juga kalau harus sering-sering naik turun. Hihi walaupun ada lift juga sih)

Ketika hati sibuk bermonolog tentang kebosanan dan keluhan-keluhan  hidup, entah dari mana tiba-tiba suara itu muncul. Aku menyebutnya suara nurani. "Selama ini kamu sering ngeluh bosan-bosan dengan aktivitas sehari-hari? Lihatlah hari ini Tuhan memberimu 'hadiah' berupa aktivitas yang tak biasa kan? Pernah terbayang tak bagaimana keadaan saudara-saudara kita yang tinggal di daerah krisis air bersih? Yang untuk memenuhi kebutuhan air minum saja harus berjuang dulu? Kadang berebut sana-sini? Kadang juga saling berbagi walau hanya seteguk. Kamu? Silahkan bercermin! Setiap hari mandi, cuci baju, dll dengan air kran yang bersih, lancar, dan segar. Minum air mineral kemasan botol yang higienis. Sedangkan mereka? Masih mau mengeluh bosan dengan hidupmu?"

Suara itu terus terngiang-ngiang di telingaku. Menggema dengan sendirinya dalam sanubari. Membuatku terdiam cukup lama. Aku yang saat itu berdiri di atas balkon rumah lantai 6, reflek melihat ke bawah (ke lantai dasar) dengan pandangan kosong. Seperti orang termenung kalau kalian menyaksikannya. "Deasy, cepetan mandi, udah lambat nih. Mau kerja nggak?" Suara nyaring kawanku itu mengagetkanku. Bergegas aku melangkah ke kamar mandi. Kurasakan betapa sejuk air ini menyiram tubuh. Juga sejuk menyiram hatiku. Sejak itu aku selalu berusaha mengusir rasa bosan yang hadir di pikiran. Ya, aku yakin, se membosankan apapun kegiatan sehari-hari kita, jika diniatkan sebagai ibadah, dan dijalani dengan ikhlas akan membuat hidup kita tetap ceria. Dan tetap bisa menjadi sebuah tulisan. Terima kasih telah memberi tantangan menulis ini Bang Syaiha.



#OneDayOnePost
#HariKe-24.

Komentar

  1. Ahh, benar sekali, Mbak.
    Aku juga pernah dilanda bosan.

    Tapi lekas berbenah karena nggak berlarut-larut.

    Sesuatu yang kita bosankan mungkin adalah sesuatu yang orang lain impikan.

    Semangat!^^

    BalasHapus
  2. Thanks suntikan semangatnya Uni Fika 😊

    BalasHapus
  3. Thanks suntikan semangatnya Uni Fika 😊

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Mind map dan Outline (Ide 1)

Masih Rajin Menulis Diary? Kenapa Tidak!

Cincin Untuk Dilla (Bag 6)