Hari Kartini dan Budaya Literasi


Sumber gambar : m.bolague.com


Aku membuka jendela kamar perlahan. Masih gelap. Sang surya belum menampakkan sinarnya. Semburat fajar di arah timur menandakan subuh segera tiba. Kuraih hp yang sedang bergetar. Ada beberapa pesan Whats App. Segera kubaca dan kubalas seperlunya. Tiba-tiba aku jadi tergoda untuk membuka media sosial yang lain. Baru saja sampai di beranda fb, mataku sudah disuguhi beberapa foto baju kebaya dan status tentang hari Kartini. Hal yang sama juga ada di akun bbm ku.

Lihat kalender sekejap. Eh benar sekarang hari Kartini ya? Duh kok jadi pelupa gini sih 😄. 21 April 1879 silam, salah satu pahlawan wanita Indonesia lahir ke dunia. Raden Ajeng Kartini namanya. Dulu waktu masih sekolah, dari TK hingga SMA, perayaan hari Kartini tidak pernah lepas dari batik dan kebaya. Pun demikian dengan beberapa instansi pemerintah lainnya, turut merayakan hari Kartini dengan pakaian adat Jawa tersebut.

Kadang aku berpikir. "Sesungguhnya apa korelasi antara hari Kartini dengan baju kebaya? Coba bayangkan kalau dulu Kartini memakai daster, atau gamis, atau bahkan celana jeans, apakah sekarang kita juga akan memakainya pada setiap 21 April? Pemikiran yang konyol mungkin. Tapi patut untuk direnungkan.

Dengan atau tanpa kebaya, setiap perempuan Indonesia tetap berpeluang untuk merayakan hari Kartini. Tentu saja dengan berbagai kegiatan positif di bidang masing-masing.
Perayaan hari Kartini seharusnya dekat dengan dunia literasi. Dari beberapa surat Kartini kepada Prof Anton, Nyonya Abendon, Stella, serta beberapa sahabat pena lainnya di Belanda, menunjukkan bahwa Kartini adalah perempuan yang gemar membaca dan menulis.

Pemakaian baju kebaya di hari Kartini memang tidak masalah. Sisi positifnya tentu saja bisa jadi momen yang tepat untuk melestarikan budaya Jawa. Yang perlahan mulai berkurang peminatnya. Ya, semoga saja foto-foto berbaju kebaya dan beberapa status tentang Kartini yang memenuhi time line ku hari ini bukan hanya sebatas seremonial tanpa arti. Tapi, ada 'sesuatu' yang membekas di jiwa. Yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Habis gelap terbitlah terang. Kalimat ini tentu tak asing di telinga kita setiap tanggal 21 April. Bagi saya pribadi kalimat ini senada dengan salah satu ayat favorit saya dalam Al Quran. Ayat yang sering saya ulang-ulang saat jiwa tengah down. Saat semangat perlahan surut. Saat iman dilanda kefuturan. Ayat Al Quran yang mana? Silahkan buka QS  Al Insyirah ayat 5 dan 6. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Berdekatan makna bukan?

Terakhir, izinkan saya mengucapkan selamat hari Kartini. Semoga ini jadi momentum yang tepat bagi kaum hawa untuk lebih semangat mengembangkan diri. Menjadi perempuan tangguh dan mandiri. Berprestasi, dan mengispirasi.

Melaka, 21 April 2016
Selamat hari Kartini.
Dari perempuan yang merindukan tanah pertiwi.
Deasy Windayanti.

#OneDayOnePost

Komentar

  1. Selamat hari kartini juga...

    Sy suka dgn "hbis gelap terbitlah terang" dikolerasi dgn ayat... Mantap

    BalasHapus
  2. Tulisannya baguusss... analitisnya okeyy... like it!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Mind map dan Outline (Ide 1)

Masih Rajin Menulis Diary? Kenapa Tidak!

Cincin Untuk Dilla (Bag 6)